Advertisement
Sejenak, kunikmati detak
Gelap bersimponi tiada henti
Sedang bulan tertusuk hujan, menggigil sendiri
Rinai berdenting di atas genting
membelah sungai imaji mengalir menembus masa
Ada jejak cerita beku di dadaku
Serpih gerimis menikam jarak menuju pagi
mengembuskan bara kantuk layaknya elegi
Semua kunikmati, sepoi mimpi yang mulai memagut sepi
Menyulam tetes ikhlas kian menari
Menuju satu arti hakiki: DIA
Dan kolam syukur yang kureguk puas-puas.
Jelang peraduan.
Jakarta, 8, januari, 2014
sumber : http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2014/01/08/puisi-selamat-tidur--626329.html
Gelap bersimponi tiada henti
Sedang bulan tertusuk hujan, menggigil sendiri
Rinai berdenting di atas genting
membelah sungai imaji mengalir menembus masa
Ada jejak cerita beku di dadaku
Serpih gerimis menikam jarak menuju pagi
mengembuskan bara kantuk layaknya elegi
Semua kunikmati, sepoi mimpi yang mulai memagut sepi
Menyulam tetes ikhlas kian menari
Menuju satu arti hakiki: DIA
Dan kolam syukur yang kureguk puas-puas.
Jelang peraduan.
Jakarta, 8, januari, 2014
sumber : http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2014/01/08/puisi-selamat-tidur--626329.html